150 Menit Belajar Cara Membaca Kitab Kuning yang Wajib Kamu Praktekkan

Kemampuan baca kitab kuning yaitu kitab dengan tulisan arab tanpa harokat adalah kemampuan yang penting dikuasai oleh muslim dan muslimah. Dengan memiliki kemampuan ini, baik muslim atau muslimah akan mempunyai banyak rujukan ilmu tentang fiqh, aqidah, akhlaq / tasawuf, tata bahasa arab (`ilmu nahwu dan `ilmu sharaf), hadits, tafsir, `ulumul qur'an, dan juga ilmu sosial dan kemasyarakatan (mu`amalah), serta sejarah Islam. Sehingga mampu meningkatkan keimanan & ketaqwaan serta mempunyai kemampuan berdakwah yang sangat baik.


Belajar Baca Kitab Kuning Dengan Teks Arab Gundul Tanpa Harakat

Tentu saja semua kemampuan kitab kuning tidak bisa didapatkan, kecuali dengan pertolongan & hidayah dari Allah pada hamba-Nya. Dan pastinya, agar bisa meraihnya dibutuhkan usaha, karena ilmu hanya bisa dicapai dengan belajar sebagaimana dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Ashim dan ath-Thabrani dengan sanad hasan, “Wahai manusia, pelajarilah ilmu. Sesungguhnya ilmu itu hanya akan diperoleh dengan belajar…” (lihat Fat-hul Bari, 1/212)


Melalui artikel ini kami InsyaAlloh akan menyampaikan strategi yang dapat ditempuh untuk bisa baca kitab kuning. Akan tetapi, sebelum memulai ada syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi terlebih dulu, yakni sudah mampu membaca Al-Qur’an atau kitab berharakat.


Langkah-langkah Belajar Baca Kitab Kuning Dengan Teks Arab Gundul


Memahami Kategori Kata


Pada bahasa arab, setidaknya terdapat tiga kategori kata (al-kalimah), yaitu isim (kata benda), fi’il (kata kerja), dan harf (kata sambung). Untuk membedakan ketiga kelompok kata tersebut, Kamu bisa melihat ciri-ciri yang telah diterangkan di dalam kitab-kitab nahwu.


Misalnya, ciri isim yaitu dapat diakhiri dengan kasroh, bisa ditanwin, diawali dengan alif lam, dan didahului huruf jar. Diantara ciri-ciri itu, maka yang paling bisa diketahui pada kitab arab gundul ialah yang diawali dengan alif lam atau didahului dengan huruf jar.



Bisa Membaca Kitab Arab Gundul Dengan Baik dan Benar

Memahami Kategori Kalimat


Bahasa arab mempunyai dua kategori kalimat (al-jumlah), yakni jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah. Jumlah ismiyah pada umumnya diawali dengan isim atau kata benda, sedangkan jumlah fi’liyah diawali dengan fi’il atau kata kerja. Apabila terdapat kalimat/jumlah yang diawali dengan huruf jar -misalnya- maka terdapat dua kemungkinan; dia bisa jumlah ismiyah atau jumlah fi’liyah.


Kadang-kadang jumlah fi’liyah diawali dengan isim apabila isimnya tersebut berkedudukan sebagai obyek/maf’ul bih. Dalam kondisi ini, maf’ul bih/obyek dapat diposisikan pada awal kalimat. Contohnya dalam kalimat yang berbunyi ‘Iyyaka na’budu’ artinya, “Hanya kepada-Mu kami beribadah.”


Kata ‘iyyaka’ berposisi sebagai obyek yang diletakkan di depan dengan tujuan untuk memberikan faedah makna pembatasan dan pengkhususan. Jadinya arti dari kalimat itu ialah ‘kami tidak beribadah kecuali hanya kepada-Mu’. Asal kalimat tersebut adalah ‘na’buduka’ yang artinya "kami beribadah kepada-Mu", kemudian obyeknya dipindah ke depan. Meskipun yang berada di depan yaitu isim/kata benda, maka kata itu tetap berperan sebagai jumlah fi’liyah.


Adapun kalimat yang berbunyi "alhamdulillah" misalnya, ini masuk dalam jumlah ismiyah. Karena, ia didahului dengan isim, yaitu kata ‘alhamdu’ ia diawali dengan alif lam. Dengan demikian, jelaslah bahwa kata ‘alhamdu’ termasuk kategori jumlah ismiyah. Kata "alhamdu" berposisi sebagai "mubtada" (yang diterangkan) sedangkan kata ‘lillah’ sebagai khobar (yang menerangkan).


Memahami Kondisi Akhir Kata


Akhiran pada bahasa arab bisa berubah yang disebut "mu’rob" dan ada yang akhirannya selalu tetap disebut "mabni". Isim ada yang mu’rob dan ada yang mabni. Demikian juga fi’il, ada yang mu’rob dan ada yang mabni. Adapun harf semuanya mabni.


Isim yang mu’rob mempunyai tiga variasi perubahan (i’rob) yaitu marfu’, manshub, dan majrur. Adapun fi’il yang mu’rob mempunyai tiga variasi perubahan, yaitu marfu’, manshub, & majzum.


Ciri awal untuk marfu’ ialah dhommah di akhir kata. Ciri awal untuk manshub yakni fat-hah pada akhir kata. Ciri awal untuk majrur yakni kasroh di akhir kata. Dan Ciri awal majzum ialah ada sukun pada akhir kata. Selain keempat ciri awal itu, masih terdapat tanda-tanda i’rob yang lain.


Memahami dan Mengetahui Klasifikasi Isim


Isim (kata benda) dalam bahasa arab ada banyak macamnya. Sebagaimana sudah disinggung diatas, bahwa isim yang akhirannya tetap, disebut isim yang mabni, sedangkan isim yang memiliki akhiran bisa berubah, dinamakan isim mu’rob. Isim yang mu’rob tersebut terdiri dari 9 macam isim, yaitu : isim mufrod/kata benda tunggal, isim mutsanna/kata benda ganda, isim jamak mudzakkar salim/jamak lelaki, jamak mu’annats salim/jamak perempuan, jamak taksir/jamak yang tidak beraturan, asma’ul khomsah/isim yang lima, maqshur, manqush, dan isim laa yanshorif.


Demikian juga ada isim yang mabni. Termasuk di dalamnya yakni isim dhamir (kata ganti), isim isyarah/kata penunjuk, isim maushul (kata sambung), isim syarat, dan isim istifham (kata tanya). Isim yang akhirannya tetap, ini ada yang akhirannya selalu fat-hah, ada yang selalu dhommah, ada yang selalu sukun, & ada juga yang selalu kasroh. Umunya, bisa dikatakan bahwa isim mabni lebih mudah dibaca daripada isim mu’rob, karena yang mabni akhirannya yang selalu tetap, sedangkan yang mu’rob akhirannya berubah, sehingga butuh dipikirkan bentuk perubahan dan sebab-sebabnya, apakah akhirannya harus dibaca dhommah, fat-hah, atau kasroh.


Memahami Tanda-Tanda I’rob Pada Isim


I’rob yaitu perubahan kondisi akhir kata pada isim atau pada fi’il. Pembahasan tentang isim kita akan belajar tiga keadaan i’rob yaitu rofa’, nashob, dan jar. Adapun pada fi’il ada tiga keadaan i’rob yaitu rofa’, nashob dan jazem. Tanda dasar rofa’ adalah dhommah, nashob yaitu fat-hah, jar yakni kasroh, & jazem adalah sukun. Dan untuk isim perlu dipahami juga tanda-tanda i’rob yang lain.


Pertama; pada tanda rofa’ atau marfu’nya isim. Tanda pokoknya yakni dhommah. Tidak hanya tanda pokok ini, terdapat tanda cabang yaitu : alif (pada isim mutsanna), wawu (pada jamak mudzakkar salim dan asma’ul khomsah), dan terdapat juga tanda yang muqoddaroh atau dikira-kirakan (tidak ditulis dan tidak dibaca, sekedar dibayangkan saja di atas huruf terakhir) yaitu dhommah muqaddaroh (pada isim maqshur dan manqush). Isim maqshur diakhiri dengan alif lazimah atau alif bengkong, tetapi isim manqush diakhiri dengan ya’ lazimah & sebelumnya dikasroh.


Kedua; untuk tanda nashob atau manshubnya isim. Tanda pokoknya yaitu fathah. Selain ciri khususnya ini terdapat tanda cabang yaitu : ya’ (pada isim mutsanna dan jamak mudzakkar salim), alif (padaasma’ul khomsah), kasroh (pada jamak mu’annats salim), dan fat-hah muqaddaroh (pada isim maqshur), namun isim manqush manshub dengan fat-hah yang tampak/zhahirah.


Ketiga, pada tanda jar atau majrurnya isim. Tanda pokoknya merupakan kasroh. Tidak hanya tanda dasarnya tersebut ada tanda cabang yaitu : ya’ (pada isim mutsanna, jamak mudzakkar salim, dan asma’ul khomsah), kasroh muqaddaroh (pada maqshur dan manqush), dan fat-hah (khusus pada isim laa yanshorif).


Mempelajari dan Memahami Sebab Perubahan Keadaan Akhir Kata


Akhir kata dalam bahasa arab bisa mengalami perubahan disebabkan suatu faktor yang mempengaruhi. Faktor ini biasa disebut dengan istilah ‘aamil. Nah, untuk memudahkan pemahaman istilah ‘aamil ini, dapat kita sederhanakan menjadi istilah "jabatan kata dalam kalimat" (dalam bahasa Indonesia) atau karena terdapat suatu kata lain yang mendahului.


Contohnya, jikalau suatu isim atau kata benda menjadi subjek atau pelaku, maka pada bahasa arab subjek dinamakan dengan sebutan faa’il wajib dibaca dalam keadaan marfu’. Sebelumnya sudah di bahas bahwa tanda dasar dari marfu' yaitu diakhiri dengan dhommah. Demikian halnya, jika terdapat isim yang berperan sebagai objek / maf’ul bih, maka dalam bahasa arab harus dibaca dalam keadaan manshub atau diakhiri dengan fat-hah. Begitu pula misalnya, seandainya suatu isim didahului huruf jar, maka isim itu wajib dibaca majrur atau diakhiri kasroh.



Ingin Bisa Baca kitab kuning dengan teks arab gundul tanpa harakat dengan cepat ???


Cara Membaca Kitab Arab Gundul Dengan Efektif

Tidak hanya jabatan kata tersebut yaitu subjek, objek, & dimasuki huruf jar, masih ada jabatan-jabatan kata lainnya yang dapat mempengaruhi kondisi akhir kata.Contohnya, dalam suatu jumlah ismiyah kita mengenal istilah mubtada’ & khobar. Mubtada’ yaitu yang diterangkan, umumnya terletak pada awal kalimat. Dan khobar adalah yang menerangkan, secara umum berada di akhir atau sesudah mubtada’. Menurut kaidah bahasa arab (ilmu nahwu), mubtada’ & khobar wajib dibaca marfu’.


Pada fi’il / kata kerja sebab yang mempengaruhi keadaan akhir kata itu seringnya berupa kata yang telah disebutkan sebelumnya. Faktor yang merubah itu adalah ‘aamil nashob dan ‘aamil jazem. ‘aamilnashob menyebabkan fi’il sesudahnya dibaca manshub atau berakhiran fat-hah, sedangkan ‘aamil jazem menyebabkan perubahan fi’il sesudahnya dibaca majzum atau berakhiran sukun. ‘amil nashob juga biasanya dinamakan dengan ‘alat-alat penashob’ sedangkan ‘amil jazem seringkali dinamakan dengan ‘alat-alat penjazem’.


Untuk mengetahui, mempelajari dan memahami semua hal yang sudah diinfomasikan diatas secara jelas, dapat dilihat pada kitab-kitab nahwu.


Demikian info tentang Bisa Baca Kitab Kuning semoga bermanfaat.

0 Response to "150 Menit Belajar Cara Membaca Kitab Kuning yang Wajib Kamu Praktekkan"

Post a Comment